Gangguan Suasana Hati (Mood Disorder)

Gangguan ini juga disebut gangguan afektif yang membuat penderitanya merasa sedih terus menerus atau perasaan terlalu bahagia yang berlebihan. Perpindahan emosional atau fluktuasi dari perasaan bahagia menjadi sedih secara ekstrem juga termasuk gangguan ini, yang biasa kita kenal dengan Bipolar Disorder. Beberapa contoh gangguan lainnya seperti depresi jangka panjang, gangguan afektif musiman, perubahan suasana hati dan iritabilitas yang terjadi selama fase pramenstruasi, serta depresi karena penyakit fisik.

Anda mungkin sering mendengar istilah ‘ga mood’ atau ‘bad mood’. Mungkin
juga Anda sering mendengar istilah depresi. Namun, pahamkah Anda maksud
dari istilah-istilah tesebut? Mood sebenarnya adalah kondisi emosi tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan emosi dalam bahasa Indonesia ialah ‘perasaan’, 
misalnya senang, sedih, takut, cemas, dan haru. Kondisi emosi (mood) ini
dapat mengalami gangguan, namun hal tersebut tidak sama dengan yang
dimaksud oleh bahasa umum ‘bad mood’. Ungkapan ‘bad mood’  biasanya
kita gunakan untuk menggambarkan suasana perasaan yang sedang ‘tidak enak’
atau sedang tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Sedangkan yang 
dimaksud dengan ‘gangguan mood’ adalah gangguan pada emosi, dimana emosi
seseorang dapat berada dalam kondisi kesedihan yang sangat ekstrim atau
disebut juga kondisi depresif atau bisa juga emosinya berada pada kondisi
senang/bersemangat yang ekstrim dan mudah terstimulus yang disebut dengan
kondisi mania. Gangguan Mood merupakan salah satu gangguan kesehatan mental.
 
Secara garis besarnya, gangguan mood terbagi dua, yaitu Gangguan Depresi dan
Gangguan Bipolar.
 
Gangguan depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Depressive Disorder (MDD)
dan Dysthymic Disorder. MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan
kemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan
minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini:
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur,
    sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan
    berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
4) Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan
    apapun, bahu menunduk, kepala lemas, seolah tidak kuat berjalan
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau tentang bunuh diri.
 
Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua)
minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami
meninggal. MDD inilah yang sering disebut masyarakat umum dengan istilah depresi.
 
Dysthymic disorder (gangguan distimik/distimia) merupakan gangguan depresi
yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami gangguan distimik 
mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun.
Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu
ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) dari gejala di bawah ini:
1) Kehilangan nafsu makan/sebaliknya
2) Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5) Merasa kehilangan harapan
 
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD selama
2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD
namun dengan waktu yang lebih lama. 
 
Gangguan Mood yang kedua ialah gangguan bipolar. Disebut bipolar karena
ada episode manik dan depresif, keduanya merupakan dua kutub yang berbeda.
Episode ialah jangka waktu antara kemunculan gejala. Manik/mania merupakan
kondisi iritabilitas yang tinggi. Individu dengan kondisi manik menunjukkan
gejala mudah terstimulasi, sangat bersemangat/energetik, sangat ‘bahagia’
(tertawa, bercanda), kepercayaan diri berlebihan, impulsif (tidak memikirkan
konsekuensi tindakannya), berbicara tidak terkendali, cepat, dan berpindah-pindah
ide, serta dapat tidak tidur selama dua hari berturut-turut selama ia mengalami
kondisi manik ini. 
 
Gangguan bipolar ini ada 3 (tiga) jenis, yaitu Bipolar I, Bipolar II, dan Cyclothymic
Disorder (gangguan siklotimik/siklotimia).
 
Gangguan Bipolar I ditandai dengan adanya episode tunggal manik atau episode
campuran (manik dan depresif) tunggal, selama hidup pasien. Artinya pasien tetap
akan didiagnosa Bipolar I meski ia hanya mengalami 1 (satu) kali episode manik
seumur hidupnya. Jadi, pasien dengan diagnosa ini bisa menampilkan atau tidak
menampilkan perilaku manik seperti yang telah dijelaskan tadi. Tingkat berulangnya
tinggi, lebih dari 50% individu dengan diagnosa Bipolar I mengalami 4 (empat) atau
lebih episode. 
 
Sedangkan pada diagnosa Bipolar II, minimal terdapat 1 (satu) episode MDD dan
1 (satu) episode hipomania (mania yang lebih ringan). 
 
Gangguan siklotimia merupakan gangguan bipolar yang kronis. Pada individu
yang mengalami siklotimia terdapat gejala-gejala depresi yang ringan namun
terus menerus dan silih berganti dengan gejala manik yang ringan juga.
 
Apa penyebab dari munculnya gangguan mood?
Biasanya gangguan ini muncul akibat adanya kejadian berat yang dialami oleh individu.
Dari tinjauan biologis, individu yang mengalami gangguan mood memiliki 
kecenderungan untuk mengalami gangguan ini karena diturunkan dari orangtuanya 
atau memiliki sejarah gangguan mood dalam keluarganya. Secara neurologis, 
gangguan mood terjadi karena adanya gangguan sensitivitas reseptor neurotransmitter. 
Pada pasien yang mengalami kondisi depresi, karena reseptor neurotransmitternya
kurang sensitif terhadap dopamin. Pada pasien yang mengalami kondisi manik, 
karena reseptor neurotransmitternya terlalu sensitif terhadap dopamin. Dopamin
adalah hormon yang menyebabkan kita merasa bahagia dan bersemangat.
 
Siapa saja dapat mengalami gangguan mood? 
Pria dan wanita, tua dan muda. Prevalensi (kecenderungan) wanita yang mengalami
MDD dua kali lebih besar dari pria. Hal ini dikarenakan hormon wanita yang sering
mengalami ketidakstabilan saat menstruasi, hamil, dan melahirkan. Juga secara
sosial, wanita menjalankan banyak peran dalam hidupnya, sebagai istri, ibu, anak,
karyawan, dan lainnya. Tuntutan dari peran yang berbagai macam tersebut 
menambah jumlah stimulus stres pada wanita. 
 
Masyarakat miskin tiga kali lebih banyak mengalami MDD dibanding yang kondisi
ekonomi lebih baik. Hal ini dikarenakan tekanan ekonomi dapat menjadi salah satu 
stimulus stres bagi manusia. Usia kemunculan pertama (onset) MDD ialah pada masa
remaja akhir hingga dewasa awal (usia 18-29 tahun). Dalam 100 tahun terakhir onset
ini meningkat. Dahulu onset MDD di akhir usia 20-an hingga awal 30-an. Hal ini
diperkirakan disebabkan oleh perkembangan teknologi, ekonomi, dan gaya hidup
yang menimbulkan lebih banyak stimulus stres.  
 
Gangguan bipolar lebih jarang terjadi dibanding gangguan depresi. Onset gangguan
bipolar pada usia awal 20-an. Jumlah kejadian gangguan bipolar seimbang antara
pria dan wanita, namun wanita mengalami lebih banyak episode depresi dibanding
pria. Hal ini dipengaruhi oleh budaya (pria lebih bebas mengekspresikan emosi
dibanding wanita), dukungan sosial, dan hubungan dalam keluarga. 
 
Gangguan mood dapat muncul bersamaan dengan gangguan cemas, gangguan
yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan, disfungsi seksual, dan 
gangguan kepribadian. Gangguan ini memiliki resiko yang serius bagi penderitanya.
Resiko terburuk dari gangguan mood ialah individu yang mengalami gangguan mood
dapat melakukan tindakan bunuh diri. Resiko lainnya, pada individu yang mengalami 
gangguan bipolar dapat melakukan aktivitas seksual yang berbahaya, penggunaan 
uang yang tidak terkendali, menyetir dengan ceroboh sehingga dapat membahayakan
jiwa, serta dapat memancing tindakan agresi/kekerasan karena sikap yang tak
terkendali dapat menganggu orang lain. Gangguan mood dapat merusak kehidupan 
pribadi dan sosial serta menurunkan produktivitas individu yang mengalaminya. MDD 
merupakan salah satu penyebab utama di dunia yang dapat mengakibatkan 
ketidakmampuan atau menurunnya produktivitas. Individu dengan Bipolar I pada 
umumnya tidak dapat mempertahankan pekerjaannya.
 
Gangguan mood berkorelasi dengan penyakit beresiko tinggi, khususnya penyakit 
jantung untuk MDD. Untuk bipolar, selain penyakit jantung juga berkorelasi dengan
diabetes mellitus, obesitas, dan penyakit tiroid. Pasien dengan diagnosa Bipolar I 
dua kali lebih banyak yang meninggal karena penyakit medis dibandingkan pasien
tanpa gangguan mood. Pasien distimia membutuhkan perawatan rumah sakit lebih
banyak dibanding MDD, resiko bunuh diri lebih besar,dan gangguan keberfungsian
lebih besar.
 
Bila Anda atau anggota keluarga Anda mengalami gangguan mood, apa
yang harus Anda lakukan? 
 
Gangguan mood dapat diatasi dengan psikoterapi dan perawatan medis. Psikoterapi 
ialah terapi psikologis yang diberikan oleh tenaga profesional psikolog. Psikoterapi 
yang dapat diberikan antara lain psikoterapi interpersonal, terapi kognitif, dan terapi 
tingkah laku. Psikoterapi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Psikoterapi bukanlah proses yang instan. Untuk perawatan pasien dengan gangguan
mood, psikoterapi dilakukan minimal 16 kali pertemuan, satu kali seminggu.
Perawatan medis dilakukan dengan pemberian obat antidepresan oleh dokter
spesialis kedokteran jiwa (psikiater). Minimal pengobatan 6 bulan dan lebih
lama bagi pasien yang telah mengalami beberapa episode gangguan. Penanganan
yang cepat dan tepat dapat mencegah timbulnya permasalahan yang lebih buruk. 
Segera periksakan keluarga Anda ke tenaga profesional psikolog atau psikiater
apabila terdapat gejala-gejala gangguan mood sebagaimana yang diterangkan
dalam tulisan ini.

Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi layanan penyembuhan permanent, silakan konsultasikan ke:

LAYANAN HYPNOTHERAPY PROFESIONAL UNTUK PELATIHAN & PENYEMBUHAN KLIK

Post a Comment

0 Comments