Kesehatan Mental Sangat Berpengaruh Pada Kesehatan Fisik, Terutama Perut


Pengaruh Kesehatan Mental Bisa Pada Kesehatan Fisik


Tentu Anda sudah tahu kalau kesehatan mental bisa berpengaruh pada kesehatan fisik. Pernah perhatikan ketika Anda merasa kesal, cemas, panik atau kewalahan, tiba-tiba saluran pencernaan Anda juga mengalami masalah. Ternyata, itu benar-benar normal. Ini alasan ilmiahnya.
“Koneksi stres pada kepala Anda dan hubungannya dengan pencernaan sangat kuat, dan saya melihat pasien setiap minggu yang memiliki gejala pencernaan yang terkait dengan stres dan kecemasan,” kata Nicole Beurkens, Ph.D., seperti dikutip dari SELF.
Menurut Nicole, gejala penyakit fisik yang berkaitan dengan stres dan perut adalah sembelit, diare, kram perut, kembung, dan mulas. Jadi pada dasarnya segala yang bisa salah dengan perut Anda. Karena stres dapat menyebabkan perut Anda tegang. “Ketika kita stres atau khawatir, maka sistem saraf simpatik kita akan diaktifkan, yang menyebabkan usus kita menjadi lebih tegang dan mudah tersinggung,” kata Nicole.
Selain itu, meningkatnya tingkat stres juga dapat mengubah kadar asam dalam perut kita, yang dapat menyebabkan atau memperburuk sakit maag (acid reflux) dan merusak kemampuan kita untuk mencerna makanan dengan benar.
Jadi, bagaimana cara mencari tahu apakah sakit perut Anda disebabkan oleh stres? Cara termudah untuk mengetahui apakah masalah perut Anda berkaitan dengan stres, adalah dengan menyimpan catatan kesehatan.
Misalnya, jika Anda mengalami gejala tepat sebelum bekerja pada hari-hari ketika Anda mengadakan rapat pagi, tetapi Anda biasanya baik-baik saja di lain waktu, itu bisa menjadi indikator bahwa kesehatan mental adalah masalahnya. Tanda terbesar yang menunjukkan bahwa gejala sakit itu terkait dengan stres adalah, mereka datang dan pergi tergantung pada jumlah dan intensitas stressor yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Tentu saja, memeriksa gejala itu dengan dokter Anda bukan ide yang buruk juga.

Keadaan mental yang sehat merupakan sebuah kondisi terbebasnya individu dari segala bentuk gejala-gejala gangguan mental.

Individu yang sehat secara mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya. Mereka juga dapat menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah, lewat kemampuannya menangani stres.
Penting sekali untuk dipahami bahwa bukan hanya kesehatan fisik saja yang penting, tapi juga kesehatan mental.Seseorang yang sehat secara mental dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, dan membangun hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan mood, kemampuan berpikir, dan kontrol emosional yang pada akhirnya menyebabkan perilaku buruk.Kondisi kestabilan kesehatan mental dan fisik saling mempengaruhi. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intellegence menyampaikan, “Orang yang berpandangan cerah, tentu saja lebih mampu bertahan menghadapi keadaan sulit, termasuk kesulitan medis.” (Goleman, 1996).
Tuntutan hidup yang berdampak pada stress berlebih dapat berdampak pada gangguan kesehatan mental. Banyak yang tidak tahu bahwa tingkat depresi dan stres bisa mengakibatkan kegilaan, gangguan mental dan bunuh diri. Tidak sedikit penderita gangguan mental cenderung depresi memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Menurut data WHO (World Health Organization) pada 2010, angka bunuh diri akibat depresi di Indonesia mencapai 1,6 sampai 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu jika tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke tahun. WHO memprediksi pada 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.
Data di atas menyimpulkan bunuh diri akibat gangguan mental telah menjadi masalah yang butuh konsentrasi besar karena terus meningkatnya jumlah di setiap Negara berpenghasilan rendah dan sedang. Hampir satu juta orang meninggal setiap tahun nyaakibat bunuh diri. Ini berarti kurang lebih setiap 40 detik jatuh korban bunuh diri.
Beberapa gejala dini yang harus diperhatikan untuk mendeteksi secara dini percobaan bunuh diri pada individu seperti kesedihan, kecemasan, perubahan suasana perasaan, keresahan (kebingungan), cepat marah, penurunan minat terhadap aktivitas sehari-hari seperti kebersihan penampilan, makan sulit tidur, sulit untuk mengambil keputusan, perilaku menyakiti diri sendiri seperti tidak mau makan, melukai diri dan mengisolasi diri.Banyak penderita gangguan mental yang ingin menyudahi hidupnya dengan bunuh diri sebenarnya berjuang secara intensif dengan ambivalensi pemikirannya.
Oleh karena itu, kita tidak boleh menekan atau melabel mereka. Yang dibutuhkan adalah kerja sama yang erat antara individu, keluarga, masyarakat, profesi dan pemerintah untuk bersama mengatasi masalah bunuh diri.
Sementara bagi Anda yang sedang dalam kondisi depresi dan merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang menujukkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan tenaga kesehatan jiwa professional seperti psikolog atau psikiater maupun klinik kesehatan Hipnoterapi.

LAYANAN HYPNOTHERAPY PROFESIONAL UNTUK PELATIHAN & PENYEMBUHAN KLIK

Post a Comment

0 Comments